Others

Menerima Kenyataan

“Gila, teman baek gua bohong ni sama gua..”

“Nilai gua masih belum bagus ni, belum bisa masuk uni..”

“Ternyata, dia menipu gua, uang gua sudah habis..”

 

Tiga pernyataan kalimat di atas tidak asing terdengar di telinga kita, seperti sebagaimana sudah lumrah untuk terjadi. Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi bagaimana kita dapat mengatasi segala masalah yang berhubungan dengan emosi dari Teori Albert Ellis, seorang pendiri sebuah tipe psikoterapi yang baru.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu dihadapkan dengan setiap kejadian baik bersifat menyenangkan, biasa saja atau menyedihkan. Berdasarkan Ellis, hal ini terjadi karena kita memiliki kepercayaan yang tidak irasional (Kleinman, 2012) seperti perlu melakukan sesuatu yang baik karena butuh pengakuan dari orang lain, apabila tidak dilakukan maka kita bukan orang yang baik; orang lain perlu bersikap ramah dan adil sesuai dengan keinginan kita, apabila hal itu tidak terjadi maka orang tersebut tidak baik; yang terakhir setiap orang pelu mendapatkan apa yang diinginkan dan sesuai dengan waktu yang mereka harapkan untuk dapatkan dan sebaliknya, apabila mereka tidak mendapatkan hal tersebut maka dunia bagikan mau runtuh.

Efek dari kepercayaan tersebut bermacam-macam, misalnya kepercayaan yang pertama mengakibatkan ketakutan, depresi dan rasa bersalah. Untuk kerpercayaan yang kedua timbul sikap pasif-agresif, marah dan kekerasan. Dan kepercayaan yang ketiga akan membawa kepada perasaan kasihan pada diri sendiri. Apabila kepercayaan irasional yang dimiliki oleh seseorang tersebut fleksibel dan tidak terus-menerus maka hasilnya dapat dilihat dari emosi dan perilaku yang sehat, sedangkan  sebaliknya kepercayaan yang sangat berketergantungan maka masalah akan mulai untuk muncul satu persatu.

Apabila kita ingin berubah, Ellis mengusulkan juga untuk berubah dalam kepecayaan irasional tersebut dengan perbanyak latihan dalam setiap persoalan yang kita hadapi. Salah satu cara seseorang memiliki emosi yang sehat adalah dengan menerima kenyataan, walaupun kenyataan itu terlihat pahit atau tidak menyenangkan. Ada tiga (3) tipe dalam penerimaan kenyataan tersebut, yang pertama adalah menerima diri sendiri yang tidak bersyarat. Misalnya: “Saya adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna dan tidak bercacat. Tidak perlu saya membandingkan diri dengan orang lain. Saya adalah saya.” Kedua, penerimaan diri orang lain dengan tidak bersyarat, contohnya “Orang kadang bisa nyakitin atau kadang seperti saya tidak dianggap. Tetapi dia adalah dia yang tidak ada aturan juga bahwa harus bersikap adil atau hargai saya sebagaimana dengan standar saya. Apapun yang dilakukan dia tidak lebih baik atau lebih jelek dari orang lain.” Dan yang terakhir adalah penerimaan akan hidup dengan tidak bersyarat, sebagai contoh “Hidup tidak selalu seperti yang saya inginkan dan tidak ada alasan atau syarat juga bahwa hidup harus seperti yang saya inginkan. Hidup adalah hidup untuk dinikmati apabila ada hal yang tidak menyenangkan terjadi maka itu tidak akan selalu dan selamanya pahit atau mengerikan.”

Pemikliran dari Ellis ini patut kita coba untuk menghadapi apapun yang terjadi dengan hidup, karena semakin bertambah umur maka masalah atau tantangan hidup tidak akan semakin berkurang tetapi cara dalam menanggapi setiap masalahlah yang perlu kita asah. Tantangan tersebut bertambah atau tidaknya, bukan lagi menjadi sebuah masalah atau perhatian yang cukup signifikan karena kita tahu bagaimana cara untuk menghadapinya.

 

Sumber:

Kleinman, P. (2012). Psych 101: Psychology Facts, Basics, Statistics, Tests, and More! Avon, MA: Adams Media.